MENOLAK PERAN
Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.
Saudara-saudariku seiman.
Tiada satu pun makhluk (Malaikat, Iblis, Jin, Manusia, Hewan, Tumbuhan, Batu, dll) di semesta ini yang sanggup menolak Perannya, termasuk Sang Pencipta makhluk itu sendiri yaitu Allah, sehingga Allah pun tegas berkata bahwa SESUNGGUHNYA AKU ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN AKU (AKU YANG TAK PERNAH MENGINGKARI JANJIKU, ATAU AKU YANG TAK PERNAH MENGINGKARI PERANKU SEBAGAI TUHAN).
Saudaraku.
Seandainya tiba-tiba Iblis ingin menjadi Malaikat, Malaikat ingin menjadi Manusia, Manusia ingin menjadi Hewan, lalu tiba-tiba Allah ingin menjadi Batu, maka dapat kita bayangkan betapa kacau dan hancurnya semesta ini.
Mengapa?
Karena masing-masing telah kehilangan identitasnya, atau masing-masing telah kehilangan Perannya di semesta ini.
Dan sesungguhnya PERAN di semesta ini hanya ada tiga:
Pertama adalah Peran Yang Di Uji, yaitu Jin dan Manusia.
Kedua adalah Peran Si Penguji, yaitu selain Jin dan Manusia yang bukan Syaithon. Sebab Syaithon itu adalah Jin dan Manusia yang tidak lulus uji, yang akhirnya akan menjadi Penguji pula sebagaimana Iblis, Malaikat, Hewan, Tumbuhan, Langit, Bumi, dan lain-lain yang ada di semesta ini,
Ketiga adalah Peran Sang Pengadil, atau Peran Sang Pengoreksi Ujian tersebut, yaitu Allah.
Maka jika sudah demikian, mengapa kita TIDAK MENERIMA KENYATAAN, atau kita selalu MENOLAK PERAN yang telah Allah berikan kepada kita?
Jika sakit kita mengeluh, jika miskin kita tidak bersyukur, jika lemah kita merasa terzholimi, jika bodoh kita merasa terhina, sementara jika sehat, kuat, kaya dan pintar kita menjadi lalai?
Saudaraku.
Sesungguhnya Peran itu hanya untuk dijalani dengan baik dan benar, bukan untuk dilawan atau ditolak.
Sebab sehebat apapun kita Menolak Peran, kita takkan pernah sanggup menolaknya, sebab itulah Takdir Kita sebagai Makhluk Yang Di Uji.
Dan semakin baik dan benar kita menjalani Peran, maka kita akan lulus uji. Dan bisa jadi setelah kita lulus uji dengan Peran si miskin, kita pun akan memasuki ujian dengan Peran si kaya. Sehingga walaupun Peran kita berubah-rubah dalam bentuk ujian, namun kita selalu menjalaninya dengan baik dan benar, sehingga selamanya membuat kita lulus uji sebagai makhluk yang bersyukur,
Saudaraku.
Allah Maha Adil, Allah Tidak Zholim, Allah hanya menjalankan Peran-Nya Sebagai Sang Pemilik Takdir sekaligus sebagai Sang Pengoreksi Makhluk Yang Memiliki Peran Sebagai Yang Di Uji, yaitu kita.
Bahkan Allah Sangat Pengasih Dan Penyayang Kepada Kita, dan ini dapat kita rasakan bahwa Allah tidak pernah memberatkan kita dalam beribadah kepada-Nya. Jika kita tidak bisa sholat berjama'ah maka kita boleh sholat sendirian, jika kita tidak bisa sholat dengan cara berdiri maka kita boleh sholat dengan cara duduk dan tidur, jika tidak bisa puasa karena dalam keadaan sakit atau karena dalam perjalanan jauh maka kita boleh membayar puasa itu dengan berpuasa dihari yang lapang atau dihari yang tidak membebani keadaan kita (dan semuanya disesuaikan dengan Peran atau Keadaan kita saat itu).
Bahkan sering kita dengar kalimat bahwa tiada paksaan dalam beragama, atau gembirakan jangan ditakut-takuti, sebab Allah menginginkan kemudahan bagi kita, atau Allah tidak menginginkan kesukaran bagi kita yang akhirnya akan membuat kita tidak lulus uji sehingga menjadi Syaithon.
Saudaraku.
Sesungguhnya apapun Peran kita, ingatlah bahwa ini hanyalah ujian yang harus kita jalani dengan baik dan benar sebagai makhluk yang ditakdirkan Allah untuk di uji (yang intinya adalah untuk menguji kita agar dapat lulus segala ujian Allah sehingga dapat kembali kepada Allah).
Dan agar lulus uji, maka jangan hanya membuka mata dan telinga untuk membaca dan mendengar cerita-cerita tentang Allah, tetapi perbanyaklah pula membuka mulut untuk selalu bercerita kepada Allah.
Sehingga dengan demikian Hati akan hidup, dan Hati yang hidup selamanya takkan pernah MENOLAK PERAN.
Saudaraku.
Semoga saudara semua paham.
Aamiin.
Terimakasih.
Wassalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar