KITAB SUCI HANYA BISA DIPAHAMI DENGAN KESUCIAN
Di dalam kitab yang dipelihara. Tidak menyentuhnya, kecuali yang disucikan. (QS. al waqiah:78-79)
Berdasarkan ayat tersebut, ulama syareat memahami bahwa menyentuh Qur'an harus wudhu dulu.
Sesungguhnya itu adalah kalimat berita atau pemberitahuan, bahwa hanya yang telah disucikan (hatinya) sajalah, yang betul-betul bisa menyentuh (memahami) hakikat Qur'an. Sebab Qur'an itu dibungkus dengan simbol dan sandi, penuh dengan ibarat dan permisalan.
- Qur'an adalah kitab SUCI
- Berasal dari Yang Maha SUCI
- diturunkan perantara makhluk SUCI (Jibril)
- Disampaikan melalui manusia SUCI (Muhammad)
Maka alat untuk memahami hakikat dan membuka sandinya adalah hati yang SUCI, Yang telah tersucikan (disucikan oleh Alloh-muthoharun).
Muthoharun=kata benda pasif. Yang-di-SUCI-kan. Jadi Muthoharun adalah manusia-manusia yang di-SUCI-kan HATINYA oleh Alloh.
Sebab sesungguhnya tidak ada satu manusiapun yang bisa SUCI atas usahanya sendiri, namun sebab dikehendaki atau diSUCIkan oleh Alloh saja. Semua manusia punya peluang diSUCIkan oleh Alloh (meskipun kenyataannya hanya sedikit sekali).
Akal, pikiran, nahwu, sorof, mantiq, balagho dan kawan-kawannya bukan alat memahami hakikat Qur'an. Melainkan hanyalah alat penterjemah dan penjabaran (alih bahasa dan pemahaman atas kata atau frase). Bukan pembuka sandi atau tamsil.
Semua yang tersurat memiliki makna tersembunyi (tersirat). Maka hanya melalui manusia-manusia berhati SUCI saja Qur'an akan dipahami hakikatnya. Yaitu Mereka para Waliyulloh dan ahli-ahli hakikat.
Dipahami secara tersurat (syariat) saja cukup bagus, bisa menata kehidupan dunia. Namun tujuan utama Alloh dan Rasul adalah agar dipahami secara hakiki, sebab akan mengantar manusia kepada pengenalan kesejatian Tuhan hingga meraih kesempurnaan (Derajat Muhammad=yang terpuji).
Jadi tujuan agama itu tidak main-main. Tuhan betul-betul menginginkan manusia itu mengenali dan menyaksikanNYa, sehingga bisa mencapaiNya. Saking inginnya Tuhan inilah yang biasa kita pahami sebagai "MEWAJIBKAN". Namun saking inginnya Tuhan ini tidak pernah menjadi paksaan bagi siapapun.
Misi para Nabi, Rasul, dan Wali-Wali itu simple: kalau tidak bisa mengajak manusia meraih sempurna (nilai 10), minimal berubah sedikit cara fikir dan perbuatannya okelah (nilai 1). Terserah masing-masing kita mau meraih sejauh mana?
Namun harus disadari, HANYA JIWA YANG SUCI SAJA YANG BISA KEMBALI KEPADA YANG MAHA SUCI. Lain dari itu terdampar pada kegelapan.
Al Fatehah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar