Setetes ilmu
Sabtu, 23 Juni 2018
Selasa, 05 Juni 2018
KITAB SUCI HANYA BISA DIPAHAMI DENGAN KESUCIAN
KITAB SUCI HANYA BISA DIPAHAMI DENGAN KESUCIAN
Di dalam kitab yang dipelihara. Tidak menyentuhnya, kecuali yang disucikan. (QS. al waqiah:78-79)
Berdasarkan ayat tersebut, ulama syareat memahami bahwa menyentuh Qur'an harus wudhu dulu.
Sesungguhnya itu adalah kalimat berita atau pemberitahuan, bahwa hanya yang telah disucikan (hatinya) sajalah, yang betul-betul bisa menyentuh (memahami) hakikat Qur'an. Sebab Qur'an itu dibungkus dengan simbol dan sandi, penuh dengan ibarat dan permisalan.
- Qur'an adalah kitab SUCI
- Berasal dari Yang Maha SUCI
- diturunkan perantara makhluk SUCI (Jibril)
- Disampaikan melalui manusia SUCI (Muhammad)
Maka alat untuk memahami hakikat dan membuka sandinya adalah hati yang SUCI, Yang telah tersucikan (disucikan oleh Alloh-muthoharun).
Muthoharun=kata benda pasif. Yang-di-SUCI-kan. Jadi Muthoharun adalah manusia-manusia yang di-SUCI-kan HATINYA oleh Alloh.
Sebab sesungguhnya tidak ada satu manusiapun yang bisa SUCI atas usahanya sendiri, namun sebab dikehendaki atau diSUCIkan oleh Alloh saja. Semua manusia punya peluang diSUCIkan oleh Alloh (meskipun kenyataannya hanya sedikit sekali).
Akal, pikiran, nahwu, sorof, mantiq, balagho dan kawan-kawannya bukan alat memahami hakikat Qur'an. Melainkan hanyalah alat penterjemah dan penjabaran (alih bahasa dan pemahaman atas kata atau frase). Bukan pembuka sandi atau tamsil.
Semua yang tersurat memiliki makna tersembunyi (tersirat). Maka hanya melalui manusia-manusia berhati SUCI saja Qur'an akan dipahami hakikatnya. Yaitu Mereka para Waliyulloh dan ahli-ahli hakikat.
Dipahami secara tersurat (syariat) saja cukup bagus, bisa menata kehidupan dunia. Namun tujuan utama Alloh dan Rasul adalah agar dipahami secara hakiki, sebab akan mengantar manusia kepada pengenalan kesejatian Tuhan hingga meraih kesempurnaan (Derajat Muhammad=yang terpuji).
Jadi tujuan agama itu tidak main-main. Tuhan betul-betul menginginkan manusia itu mengenali dan menyaksikanNYa, sehingga bisa mencapaiNya. Saking inginnya Tuhan inilah yang biasa kita pahami sebagai "MEWAJIBKAN". Namun saking inginnya Tuhan ini tidak pernah menjadi paksaan bagi siapapun.
Misi para Nabi, Rasul, dan Wali-Wali itu simple: kalau tidak bisa mengajak manusia meraih sempurna (nilai 10), minimal berubah sedikit cara fikir dan perbuatannya okelah (nilai 1). Terserah masing-masing kita mau meraih sejauh mana?
Namun harus disadari, HANYA JIWA YANG SUCI SAJA YANG BISA KEMBALI KEPADA YANG MAHA SUCI. Lain dari itu terdampar pada kegelapan.
Al Fatehah...
Sabtu, 02 Juni 2018
Menolak peran
MENOLAK PERAN
Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.
Saudara-saudariku seiman.
Tiada satu pun makhluk (Malaikat, Iblis, Jin, Manusia, Hewan, Tumbuhan, Batu, dll) di semesta ini yang sanggup menolak Perannya, termasuk Sang Pencipta makhluk itu sendiri yaitu Allah, sehingga Allah pun tegas berkata bahwa SESUNGGUHNYA AKU ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN AKU (AKU YANG TAK PERNAH MENGINGKARI JANJIKU, ATAU AKU YANG TAK PERNAH MENGINGKARI PERANKU SEBAGAI TUHAN).
Saudaraku.
Seandainya tiba-tiba Iblis ingin menjadi Malaikat, Malaikat ingin menjadi Manusia, Manusia ingin menjadi Hewan, lalu tiba-tiba Allah ingin menjadi Batu, maka dapat kita bayangkan betapa kacau dan hancurnya semesta ini.
Mengapa?
Karena masing-masing telah kehilangan identitasnya, atau masing-masing telah kehilangan Perannya di semesta ini.
Dan sesungguhnya PERAN di semesta ini hanya ada tiga:
Pertama adalah Peran Yang Di Uji, yaitu Jin dan Manusia.
Kedua adalah Peran Si Penguji, yaitu selain Jin dan Manusia yang bukan Syaithon. Sebab Syaithon itu adalah Jin dan Manusia yang tidak lulus uji, yang akhirnya akan menjadi Penguji pula sebagaimana Iblis, Malaikat, Hewan, Tumbuhan, Langit, Bumi, dan lain-lain yang ada di semesta ini,
Ketiga adalah Peran Sang Pengadil, atau Peran Sang Pengoreksi Ujian tersebut, yaitu Allah.
Maka jika sudah demikian, mengapa kita TIDAK MENERIMA KENYATAAN, atau kita selalu MENOLAK PERAN yang telah Allah berikan kepada kita?
Jika sakit kita mengeluh, jika miskin kita tidak bersyukur, jika lemah kita merasa terzholimi, jika bodoh kita merasa terhina, sementara jika sehat, kuat, kaya dan pintar kita menjadi lalai?
Saudaraku.
Sesungguhnya Peran itu hanya untuk dijalani dengan baik dan benar, bukan untuk dilawan atau ditolak.
Sebab sehebat apapun kita Menolak Peran, kita takkan pernah sanggup menolaknya, sebab itulah Takdir Kita sebagai Makhluk Yang Di Uji.
Dan semakin baik dan benar kita menjalani Peran, maka kita akan lulus uji. Dan bisa jadi setelah kita lulus uji dengan Peran si miskin, kita pun akan memasuki ujian dengan Peran si kaya. Sehingga walaupun Peran kita berubah-rubah dalam bentuk ujian, namun kita selalu menjalaninya dengan baik dan benar, sehingga selamanya membuat kita lulus uji sebagai makhluk yang bersyukur,
Saudaraku.
Allah Maha Adil, Allah Tidak Zholim, Allah hanya menjalankan Peran-Nya Sebagai Sang Pemilik Takdir sekaligus sebagai Sang Pengoreksi Makhluk Yang Memiliki Peran Sebagai Yang Di Uji, yaitu kita.
Bahkan Allah Sangat Pengasih Dan Penyayang Kepada Kita, dan ini dapat kita rasakan bahwa Allah tidak pernah memberatkan kita dalam beribadah kepada-Nya. Jika kita tidak bisa sholat berjama'ah maka kita boleh sholat sendirian, jika kita tidak bisa sholat dengan cara berdiri maka kita boleh sholat dengan cara duduk dan tidur, jika tidak bisa puasa karena dalam keadaan sakit atau karena dalam perjalanan jauh maka kita boleh membayar puasa itu dengan berpuasa dihari yang lapang atau dihari yang tidak membebani keadaan kita (dan semuanya disesuaikan dengan Peran atau Keadaan kita saat itu).
Bahkan sering kita dengar kalimat bahwa tiada paksaan dalam beragama, atau gembirakan jangan ditakut-takuti, sebab Allah menginginkan kemudahan bagi kita, atau Allah tidak menginginkan kesukaran bagi kita yang akhirnya akan membuat kita tidak lulus uji sehingga menjadi Syaithon.
Saudaraku.
Sesungguhnya apapun Peran kita, ingatlah bahwa ini hanyalah ujian yang harus kita jalani dengan baik dan benar sebagai makhluk yang ditakdirkan Allah untuk di uji (yang intinya adalah untuk menguji kita agar dapat lulus segala ujian Allah sehingga dapat kembali kepada Allah).
Dan agar lulus uji, maka jangan hanya membuka mata dan telinga untuk membaca dan mendengar cerita-cerita tentang Allah, tetapi perbanyaklah pula membuka mulut untuk selalu bercerita kepada Allah.
Sehingga dengan demikian Hati akan hidup, dan Hati yang hidup selamanya takkan pernah MENOLAK PERAN.
Saudaraku.
Semoga saudara semua paham.
Aamiin.
Terimakasih.
Wassalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh.
Kalimat thoyibah
SEMUA HURUP DALAM KALIMAT LAILAHA ILLALLAH ADALAH HURUP YANG KELUAR DARI RONGGA, TIDAK ADA HURUP BIBIR DAN TIDAK ADA TITIK
SETIAP AMAL KEBAJIKAN DIANGKAT KE LANGIT OLEH MALAIKAT... SEDANG AMAL MENGUCAP LAILAHA ILLALLAH NAIK SENDIRI TANPA PERANTARA MALAIKAT
Kalimat LAILAHA ILLALLAH adalah kalimat yang teramat agung dan suci serta banyak rahasia yang terkandung dalam kalimat Thayyibah ini. Berikut ini sedikit diantara rahasia tersebut yang dikutip dari kitab Tuhfatul Ikhwan fi Qiraah al-Mi’ad Fi ajab wa Sya’ban Wa Ramadhan karangan Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi al-Fasyani;
Huruf yang terdapat dalam kalimat LAILAHA ILLALLAH semuanya huruf JAUFIYAH (huruf yang keluar dari rongga) tidak ada huruf SYAFAWI (huruf bibir). Ini indikasi bahwa mengucapkan kalimat ini mesti keluar dari dalam rongga. Rongga yang dimaksud adalah HATI.
Orang yang mengucap kalimat LAILAHA ILLALLAH dengan penuh ikhlas dalam hatinya, maka ia akan menjadi orang yang paling bahagia di akhirat.
Dalam kalimat LAILAHA ILLALLAH semua hurufnya sunyi dari titik, tidak ada satu huruf pun yang bertitik (huruf MU'JAM). ini isyarat bahwa yang benar-benar disembah hanyalah Allah, lepas dari semua sembahan lain selain Allah.
Pada kalimat LAILAHA ILLALLAH terdiri dari 12 (dua belas). Hal ini mengisyarahkan dalam setahun terdiri dari 12 bulan.
Siang dan malam terdiri dari 24 jam dan kalimat
لا اله الا الله محمد رسول الله
juga terdiri dari 24 huruf.
Setiap huruf dari kalimat
لا اله الا الله محمد رسول الله
dapat menghapus dosa satu jam. Sedangkan dua kalimat tersebut bisa menghapuskan dosa sehari semalam (24 jam).
Imam Sufyan bin Uyainah berkata,:
"Tidak ada nikmat yang paling afdhal yang diberikan oleh Allah kecuali nikmat mengenal serta memahami kalimat LAILAHA ILLALLAH dan kalimat LAILAHA ILLALLAH di akhirat kelak bagi manusia bagaikan air di dalam dunia.”
Sufyan Tsuri berkata: “Kelezatan pengucapan LAILAHA ILLALLAH di akhirat laksana kelezatan meminum air segar di dalam dunia."
Imam Mujahid menafsirkan firman Allah:
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً
Allah telah menyempurnakan nikmat kepadamu lahir dan batin (QS. Luqman 20)
Menurut beliau maksud dari nikmat lahir batin tersebut adalah kalimat LAILAHA ILLALLAH Sesungguhnya setiap amalan perbuatan taat akan diangkat ke langit oleh para malaikat sedangkan amalan mengucapkan LAILAHA ILLALLAH akan naik sendiri tanpa perantaraan malaikat. Sebagaimana firman Allah:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kalam yang mulia akan terangkat dengan sendirinya sedangkan amal shaleh yang lainnya diangkat (oleh para malaikat). (Q.S. Fathir 10).
Dihikayahkan oleh Imam ar-Razi:
"LAILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH terdiri dari tujuh kalimat (kosa kata), demikian juga manusia punya tujuh anggota utama dan pintu neraka juga berjumlah tujuh. Maka setiap kata dari dua kalimat ini bisa menjadi penutup pintu neraka yang tujuh. Sumber: Syeikh Syihabuddin Ahmad bin Hijazi al-Fasyani, Tuhfatul Ikhwan fi Qiraah al-Mi’ad Fi ajab wa Sya’ban Wa Ramadhan, hal. 54-55
Jumat, 01 Juni 2018
Renungan hudup
NAJIS YANG MENEMPEL DI HATIMU, TIDAK AKAN BERSIH WALAU KAU BASUH DENGAN AIR TUJUH SAMUDRA
Seperti biasa, Abu Yazid suka berjalan sendiri di malam hari. Kemudian beliau melihat seekor anjing berjalan ke arahnya, anjingnya terus berjalan tidak menghiraukan sang Syech, namun ketika sudah hampir dekat, Al-Busthomi mengangkat gamisnya karena khawatir tersentuh anjing yang najis itu.
Spontan anjing itu berhenti dan memandangnya. Entah bagaimana Abu Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya:
"Tubuhku kering tidak akan menyebabkan najis padamu, kalau pun engkau merasa terkena najis, engkau tinggal basuh tujuh kali dengan air dan tanah, maka najis di tubuhmu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena menganggap dirimu yang berbaju badan manusia itu lebih mulia dan menganggap diriku yang berbadan anjing ini najis dan hina, maka NAJIS yang menempel di HATI mu itu tidak akan BERSIH walau kau basuh dengan AIR tujuh samudra".
Abu Yazid tersentak dan minta ma'af. Dan sebagai permohonan maafnya dia mengajak anjing itu untuk bersahabat dan jalan bersama. Tapi si anjing menolaknya.
"Engkau tidak pantas berjalan denganku, mereka yang memuliakanmu akan mencemoohmu dan melempari aku dengan batu. Aku tidak tau mengapa mereka menganggapku begitu hina, padahal aku berserah diri pada Sang Pencipta wujud ini, lihatlah aku juga tidak menyimpan dan membawa sebuah tulang pun, sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum."
Anjing itu pun berjalan meninggalkan Abu Yazid.
Abu Yazid masih terdiam, "Yaa Allah... Untuk berjalan dengan seekor anjing ciptaanMU saja aku tak pantas, bagaimana aku merasa pantas berjalan denganMU. Ampuni aku dan sucikan hatiku dari NAJIS."
NutrisiJiwa@mang
Lanjutan kitab TAJALI Nur MUHAMMAD
Lanjutan kitab TAJALI Nur MUHAMMAD
________
Dahulu kala, masa ketika manusia belum tercipta, Tuhan telah membentuk kelima unsur: tanah, api, air, udara, dan eter. Masing-masing dengan kekuatan unik yang ada pada dirinya. Lantaran adanya kekuatan itulah, tiap unsur bangga akan keadaan dirinya. Sekalipun mereka tercipta karena Tuhan-lah yang mencipta, tiap unsur membual dengan angkuhnya, “Aku yang terbesar! Tiada yang menyamaiku
Maka, Tuhan pun berkata, “Akan Kusatukan kelima unsur ini untuk menghilangkan kesombongan mereka. Akan Kupakai cahaya Nur Muhammad untuk melakukannya. Akan Kucipta semua makhluk dengan porsi yang sama untuk setiap unsur ini, agar menyatu dan hilanglah keberbanggaan diri mereka.”
Setelah mencipta jin, makhluk-makhluk halus, bumi, langit, dan lain sebagainya, Tuhan pun mengambil Nur Muhammad dari dalam Diri-Nya sendiri. Tuhan berkata di hadapan seluruh makhluk-Nya, “Siapa di antara kalian yang mau menerima cahaya ini? Kalau ada, majulah ke depan.” Ketika cahaya-cahaya lain memandang kecemerlangan Nur Muhammad, mereka pun tercerap ke dalamnya.
Tuhan kembali bertanya, “Siapa yang mau maju untuk menerima ini?” Semua makhluk menjawab, “Wahai Sang Pencipta, Ya Rahmaan, Ya Tuhan, cahaya ini menyerap semua cahaya lainnya, bagaimana kami mampu menerimanya?”
Sekali lagi, Tuhan bertanya, “Adakah di antara kalian yang mampu membawa dan menerima Nur Muhammad-Ku?”
Maka, Tanah pun perlahan maju ke depan seraya berkata, “Hamba akan menerima cahaya ini.”
“Wahai Tanah, engkau telah menghancurkan dirimu sendiri,” suara Tuhan bergaung. “Engkau telah menyiapkan kejatuhanmu sendiri. Cahaya ini suci, sementara dirimu penuh kotoran, sampah, warna-warni, makhluk-makhluk, dan berbagai hal lain. Segalanya tumbuh pada dirimu. Maka bagaimana engkau bisa menerima sesuatu yang suci? Wahai Tanah, akan Kuberikan cahaya ini kepadamu, amanah ini. Namun ia milik-Ku. Engkau sungguh telah terburu-buru dalam menerimanya, dan itu berarti engkau telah menggali lubang kehancuranmu sendiri. Kini, pikirkanlah bagaimana engkau akan mengembalikan cahaya ini kepada-Ku seperti keadaannya semula. Kini kuberikan kepadamu, dan engkau harus menyerahkannya kembali kepada-Ku tanpa cacat barang sedikitpun.”
Dan Tuhan berkata, “Kelima unsur ini adalah awal dari ciptaan-ciptaan-Ku. Akan Kusatukan mereka di dalam tubuh setiap makhluk hidup. Tak ada yang berbeda, mereka akan menjadi unsur dasar dan pendukung bagi jasad makhluk-makhluk. Namun pertama-tama, akan Kusatukan mereka terlebih dulu. Akan Kuhancurkan keangkuhan mereka.” Maka, Tuhan pun menghadirkan Nur Muhammad dari Diri-Nya sendiri, memerintahkan cahaya itu untuk menemui setiap unsur dan membuat mereka mengucapkan kalimah — La ilaha ill-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Nur Muhammad, yang sungguh gemerlap oleh cahaya yang benderang, bergerak menjalankan perintah Tuhannya. Pertama kali, Nur Muhammad melihat unsur Api dan mengucapkan salam kepadanya, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Api! Kekuatan apa yang engkau miliki?”
Api pun mulai membual, “Tak ada yang lebih hebat dariku. Tak ada yang lebih pintar dariku. Aku lebih kuat dibandingkan apapun jua. Akulah yang terhebat dan tak ada yang sebanding denganku!”
Dengan lemah lembut, Nur Muhammad menjawab, “Wahai, Api. Air dapat memadamkanmu. Ketika engkau hendak membakar sesuatu, Udara pun dapat mengusirmu dari tempat itu. Tanah menundukkanmu dengan debunya. Banyak hal dapat menghentikanmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau dapat mengaku lebih hebat dari segalanya? Banyak yang lebih hebat darimu. Maka, apa dasar ucapanmu?
“Selain itu, wahai Api, Dialah yang telah menciptakanmu dan seluruh makhluk. Dialah Tuhan, Penciptamu. Ketika engkau membual dapat melakukan apa saja, engkau tak menyadari Dia dan kekuatan-Nya yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, engkaulah yang terendah dari segala makhluk. Kekuatanmu adalah yang terlemah dari kekuatan lainnya. Tidakkah engkau memikirkan hal ini?”
Api pun menyerah, “Ucapanmu benar. Wahai Cahaya, kekuatan apa yang engkau miliki?”
“Aku tak memiliki kekuatan,” jawab Nur Muhammad. “Tiada daya dan kekuatan yang kumiliki. Aku adalah hamba dari Dia Yang Maha Kuat. Aku yang terendah dari segala makhluk, dan aku berada di dalamnya. Dia yang menciptakanku adalah Dia satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku mengakui-Nya sebagai Yang Maha Agung, dan aku adalah hamba-Nya. Wahai Api, sebut asma-Nya, hadapkan dirimu pada-Nya, percayalah pada-Nya, dan berimanlah dengan teguh kepada-Nya. Dia akan melindungimu. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya.”
Api berkata, “Ucapanmu benar.”
Maka, agar kesatuan dan kasih sayang dipahami betul oleh Api yang akan menjadi salah satu unsur dasar kehidupan, Nur Muhammad memerintahkannya untuk menerima dan menyebut kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammaddur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,” Api mengucapkannya tanpa ragu.
Selanjutnya, Nur Muhammad memandang unsur Air dan mengucapkan salam, seraya berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Air! Kekuatan apa yang ada padamu?”
Dengan angkuh, Air menjawab, “Aku benar-benar hebat! Tiada yang menyamaiku. Aku dapat menghancurkan dan mengendalikan apa saja yang kumau — hutan, tanah, gunung, dan pantai. Kujadikan laut menjadi pantai, pantai menjadi laut. Kuhanyutkan kota-kota, kuhancurkan seluruh dunia. Sungguh, aku mampu melakukan apa saja. Tiada yang menyamaiku.”
“Wahai Air,” jawab Nur Muhammad lembut, “banyak yang lebih baik darimu. Udara menyimpangkan aliranmu, mengombang-ambingkanmu ke sana kemari. Batuan dan gunung-gunung ditempatkan untuk menahanmu, menundukkan aliranmu. Bahkan, semua makhluk hidup akan memakaimu baik untuk hal-hal yang baik maupun yang buruk. Sebagian akan meminummu, sebagian yang lain akan menggunakanmu untuk mandi dan membersihkan diri, sebagian lagi akan membuang kotorannya dan mengotorimu. Engkau pun tergenang di waduk dan danau yang menjadi jorok dan bau. Cacing, belatung, dan binatang menjijikkan lain akan hidup berkembang di dalam dirimu. Engkau akan dibuat hilang kejernihanmu, dan menjadi jorok, menjijikkan, kotor dan bau. Umat manusia akan menampung dan memenjarakanmu ke dalam kolam-kolam dan dam. Makhluk-makhluk yang tak terhingga banyaknya akan hidup di dalam dirimu, dan mereka akan menggunakanmu untuk membersihkan diri mereka. Dengan demikian, apa dasar bualan dan keangkuhanmu? Begitu banyak yang lebih baik darimu!”
Air pun bertanya, “Wahai, Nur Muhammad. Kekuatan apa yang kau miliki?”
“Tak ada kekuatan pada diriku. Allah-lah satu-satunya yang memiliki kekuatan,” jawab Sang Nur. “Dia Yang Maha Kuasa. Dengan kekuasaan Ia mencipta segala sesuatu, semua energi dan makhluk hidup. Dia melindungi semua, dan Dialah yang mengendalikan dan berkuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Kuat, Maha Besar. Aku hanyalah hamba-Nya. Aku tak punya kekuatan. Aku melayani segala makhluk ciptaan sesuai perintah-Nya. Aku beriman kepada-Nya. Allah, Yang Esa yang mengatur dan memelihara, adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan. Aku beriman kepada-Nya, aku berserah diri kepada-Nya. Aku merendahkan diriku di hadapan-Nya, Sang Pencipta, Sang Pemelihara. Wahai, Air, percayalah kepada-Nya dengan seteguh-teguhnya, berimanlah dan bersujudlah kepada-Nya.”
Nur Muhammad kemudian memerintahkan Air untuk mengucapkan kalimah, dan Air pun melakukannya tanpa ragu, “La ilaha illa-Allahu, Muhammadur Rasulullah.”
Selanjutnya, Sang Nur memandang Udara dan mengucap salam kepadanya, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Udara. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Udara pun mulai menyombongkan diri, “Tak ada yang lebih kuat dariku. Aku memiliki kekuatan yang hebat. Tak ada yang bisa menghentikanku. Aku melakukan apapun yang kumau. Kuhancurkan hutan, kurobohkan pohon-pohon besar. Aku ini besar. Tak tertandingi!”
Nur Muhammad tersenyum dan berkata, “Wahai Udara, ada sekian banyak perintang yang mampu mengendalikanmu dan menghalangi kerusakan yang engkau lakukan. Gunung-gunung yang tinggi dan pohon-pohon besar merintangimu dan menghilangkan kekuatanmu dengan menyebarkanmu ke empat arah. Mereka menghalangimu. Dan di atas semua ini, Sang Pencipta menciptakan tanah, api, air, eter, dan dirimu. Lupakah engkau akan Dia? Bila Dia mau, Dia akan menundukkanmu dalam sekejap.”
“Kekuatan apa yang kau miliki, wahai Nur Muhammad?” tanya Udara.
“Aku tak memiliki kekuatan. Seluruh kekuatan ada pada Tuhan, Pencipta-ku. Aku adalah hambanya. Aku menerima-Nya, beriman dan berpegang teguh pada-Nya. Dia Yang Tertinggi, dan engkau pun musti berpegang teguh pada-Nya. Dia akan melindungimu.
“Wahai Udara, akan kaulihat wajah-wajah para makhluk, engkau akan mampu melihat mereka. Namun mereka tak akan bisa melihatmu. Tak satupun dapat mengagumi keindahanmu. Inilah kekuranganmu. Oleh karena itu, bagaimana engkau mengakui kehebatanmu?”
Udara menerima perkataan itu, dan Nur Muhammad pun memerintahkannya untuk mengucapkan kalimah. “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” Udara menyebutnya tanpa ragu.
Kemudian, Sang Nur memberi salam pada Eter, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Eter. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Eter pun membual, “Akulah yang terhebat dari semua. Aku memiliki gemerlap sinar-sinar dan warna. Tak ada yang sebanding denganku!”
“Dia Yang Esa lebih besar darimu,” jelas Nur Muhammad. “Dia memiliki kekuatan tak terbatas. Dia memiliki ramuan yang mampu membunuhmu di tujuh dunia. Dan Dia memiliki warna-warna tak terhingga. Allah-lah satu-satunya yang agung!” Nur Muhammad memerintahkan Eter untuk mengucapkan kalimah, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah,” dan Eter pun menurutinya.
Akhirnya, Nur Muhammad menjumpai Tanah dan berkata, “As-salaamu ‘alaikum, wahai Tanah. Kekuatan apa yang kau miliki?”
Tanah menjawab, “Wahai Nur Muhammad, aku tak memiliki kekuatan. Tak ada daya dan kekuatan padaku. Allah satu-satunya Yang Agung. Dia Yang Terhebat dan aku tak memiliki kehebatan sedikitpun. Seluruh makhluk akan menginjak-injakku, meludahiku, dan menghinakanku. Mereka akan menggaliku, lalu membawaku dari tempat ke tempat. Kotoran dan najis, mayat dan sampah, akan dikubur di dalam diriku. Aku akan memikul semuanya ini. Oleh karena itu, aku yang terendah dari semua makhluk. Aku percaya pada Tuhan semata.”
Mendengar hal ini, cahaya Nur Muhammad itu berujar, “Engkaulah yang terbaik dari semua!” Dengan suka cita Sang Nur memeluk dan mencium Tanah.
Kemudian, Nur Muhammad berkata, “Wahai Tanah, Tuhan akan menciptakan makhluk-makhluk dari dirimu dan akan menumbuhkannya di dalam dirimu. Emas, air, api, udara, eter, berlian, logam, dan apa-apa yang berharga akan ditempatkan di dalam dirimu. Sifat-sifat yang indah, sabar, syukur, menahan diri, juga akan diletakkan di dalam dirimu. Engkau akan menjadi jasad sekaligus denyut nadi bagi seluruh kehidupan. Tuhan akan mencipta segalanya melaluimu. Dia akan menyebarkan kekayaan-Nya melaluimu dan memberi kedamaian bagi segala makhluk. Tuhan menawarkan anugerah yang tiada ternilai ini padamu. Engkau akan menjadi ibu dari makhluk-makhluk, ibu yang sabar bagi seluruh kehidupan, anugerah bagi ciptaan-Nya.” Tanah membalas ciuman Sang Nur, dan ketika mereka saling berpelukan, cahaya Nur Muhammad memasuki Tanah.
Itulah sebabnya pada hari ini, ketika sujud dalam shalat, kita menekankan dahi pada tanah, mengikuti Nur Muhammad. Setiap orang bersujud menundukkan tubuh ke tanah. Kita menggunakan tanah untuk seluruh kebutuhan hidup kita. Kita hidup di atasnya, tidur di atasnya, makan di atasnya, tumbuh di atasnya, dan menyerap berbagai manfaat darinya. Tuhan meletakkan energi dasar (shaktis) dan anugerah besar di dalam tanah.
Tanah pun bersaksi dengan kalimah, mengucapkan, “La ilaha illa-Allahu Muhammadur Rasulullah. Tiada sesuatu selain Engkau, Ya Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Engkau, Ya Allah, Maha Besar, Maha Tinggi. Aku mempercayai-Mu dan meletakkan kepercayaan kepada-Mu. Aku beriman kepada-Mu. Aku menerima Muhammad sebagai Utusan-Mu, dan aku menerima cahaya ini sebagai wakil-Mu, sebagai Sang Nur, khalifah-Mu. Aku menerimanya dan mengabdi pada-Mu dengan iman, keyakinan, keteguhan.”
NUKILAN KITAB TAJALLI NUR MUHAMMAD
NUKILAN KITAB TAJALLI NUR MUHAMMAD
Penciptaan NUR MUHAMMAD berawal dari DZAT WAJIBAL WUJUD (Allah) yang masih Tersembunyi, Tidak Dikenal, Tidak Diketahui, dan belum ada Yang Menyembah, DZAT WAJIBAL WUJUD (Allah) adalah sosok yang Menzahirkan DZAT-NYA sendiri dan ketika itu belum ada sesuatu apapun
(waktu, masa, tempat, ruang, agyar)
hanya DIRINYA sendiri Tiada Yang lain,
Ketika itu DZAT WAJIBAL WUJUD (Allah) berfirman :
"AKU ADALAH BAGAI ISTANA YANG TERSEMBUNYI TIADA YANG MENGETAHUI DAN TIADA YANG MENGENAL, MAKA AKU MEMBUAT SESUATU YANG LAIN AGAR AKU BISA DIKENAL"
dari FIRMAN ini ALLAH teringin MENCIPTAKAN sesuatu yang selain DIRINYA (kala itu Allah belum bernama Allah), maka ALLAH BERTAJALLI dan terjadilah A'YAN KHORJIAH ketika itu ALLAH DZAT WAJIBAL WUJUD bernama AH
(alif,ha') lalu ALLAH BERTAJALLI lagi dan muncullah A'YAN TSABITAH, ketika itu ALLAH DZAT WAJIBAL WUJUD bernama HU (ha',waw) kemudian ALLAH BERTAJALLI lagi dan Terciptalah NUR MUHAMMAD, ketika itu lah dia DZAT WAJIBAL WUJUD bernama ALLAH.
Maka sekarang terciptalah sesuatu selain DIRINYA Yaitu RUANG, WAKTU, TEMPAT, dan MAKHLUK Yang baru tercipta Yaitu NUR yang orang-orang sekarang menyebutnya NUR MUHAMMAD, kala itu NUR MUHAMMAD belumlah bernama NUR MUHAMMAD.
ketika ALLAH hendak membuat DZAT yang selain DIRINYA untuk supaya DZAT baru tersebut mengenal ALLAH, maka ALLAH mengambil segenggam dari NUR SIFAT JAMALNYA, lalu segenggam NUR SIFAT JAMALNYA itu di genggam dan ALLAH berkata kepada segenggam NURNYA itu
"KUNI MUHAMMADAN" lalu terciptalah DZAT baru Yaitu NUR Yang bernama MUHAMMAD.
Di ALAM ZATUL BUHTI itu hanyalah ada dua DZAT saja Yaitu ALLAH dan NUR MUHAMMAD, keduanya serupa indah namun tak sama, tak sama namun serupa, ketika NUR MUHAMMAD baru tercipta maka NUR MUHAMMAD terpukau kagum dengan NUR DZAT yang ada didepannya itu Yaitu NUR DZATNYA ALLAH.
saking terpukaunya maka Nur Muhammad berkata:
"ALLAH HUMMA" itulah kata kata pertama Nur Muhammad sekaligus kata yang pertama sekali terucap oleh makhluk yang paling pertama di alam raya.
NUR MUHAMMAD berkata
ALLAH HUMMA karena terpukau dengan keindahan NUR DZAT-NYA ALLAH Yang ada didepannya itu, karena NUR MUHAMMAD merasa teramat sama NUR-NYA dengan NUR ALLAH Yang ada didepannya (Nur Allah)
.
Maka Nur Muhammad berkata :
"SIAPA TUHAN DAN SIAPA HAMBA?"
Maka ALLAH menjawab kata kata Nur Muhammad tadi :
"DIMANAPUN AKU SEMBUNYI MAKA KAU TAK AKAN DAPAT MENEMUKAN AKU TANPA PETUNJUK-KU DAN DIMANAPUN KAU SEMBUNYI AKU AKAN TETAP MENEMUKANMU KARENA KAU DARI AKU"
lalu Nur Muhammad menjawab:
"KAU TUHAN DAN AKU HAMBA"
lalu ALLAH berkata :
"AKU ADA KARENA KAU ADA DAN KAU ADA KARENA AKU ADA"
lalu ALLAH berkata :
DZOHIRU ROBBI WAL BATHINU ABDI
"yang telah zahir adalah tuhan dan yang masih bathin adalah hamba (muhammad)"
Dan Nur Muhammad menjawab:
ILLALLAH HU ALLAH HUWA RUHUM
"hanya Allah dialah Allah yang penyayang"
(itulah kalimah bathin nur muhammad)
lalu ALLAH berkata :
ALASTU BIROBBIKUM
"bukankah aku tuhanmu"?
lalu Nur Muhammad menjawab:
BALA WAROBBUNA LAILLAH HAILLALLAH
"iya kau tuhanku la ilaha illallah",
lalu Nur Muhammad bersaksi
HU DZATULLAH ASYHADU ALLA ILAHA ILLALLAH
"dialah dzat Allah aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang maujud melainkan hanya Allah"
itulah yang memisahkan mana
NUR ALLAH dan NUR MUHAMMAD, dan ALLAH menjawab kesaksiannya
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH
"dan aku (Allah) bersaksi bahwa muhammad rasul Allah".
.
dari sinilah pertama kalinya ALLAH meresmikan bahwa Nur Muhammad adalah Rasul (itulah dua kalimah Syahadat diri Nur Muhammad atau Syahadat Nur Muhammad.
kemudian Nur Muhammad mengucapkan :
"LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD WUJUDULLAH, LA ILAHA ILLALLAH NURI HAQQULLAH, LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD ASTAGFIRULLAH,
"KUN SHOLLI ALA MUHAMMAD"
(itulah 3 kalimah tauhid yang diucapkan nur muhammad lalu dilanjutkan dengan sholawat semula jadi nur muhammad tadi, itulah induk dari segala sholawat yang effect nya memancarkan Aura Nur Muhammad.